MEDIA24.ID-JAKARTA. Indonesian Business Council (IBC) berharap Pemerintah Indonesia segera mengambil langkah strategis untuk merespon kebijakan tarif dagang terbaru Pemerintah Amerika Serikat. Ada 4 usulan langkah strategis IBC.
Selain mengambil langkah strategis, IBC juga meminta pemerintah segera memitigasi dampak kebijakan dagang AS tersebut terhadap kinerja ekspor Indonesia.
“IBC mengusulkan langkah-langkah yang mencakup upaya mitigasi untuk menjaga dampak kebijakan tarif terhadap kinerja perekonomian dan perdagangan nasional,” kata CEO IBC Sofyan Djalil dalam pernyataan pers di Jakarta.
IBC Usulkan Renegosiasi
Empat usulan IBC, pertama, pemerintah harus fokus pada upaya untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan memberikan dukungan kepada industri yang terdampak. IBC menyebut, industri yang perlu didukung termasuk kelompok UMKM yang merupakan bagian dari mata rantai industri ekspor.
Dukungan bisa diberikan dengan kebijakan yang kondusif, kepastian regulasi, dan reformasi struktural dalam kemudahan berbisnis. Langkah ini diperlukan untuk meningkatkan produktivitas nasional dan daya saing ekspor.
Kedua, IBC mengusulkan agar pemerintah mengambil langkah renegosiasi dengan pemerintah AS dan mengkaji kembali kerangka perjanjian dagang antara kedua negara. Ini dilakukan untuk mengupayakan penerapan tarif yang lebih adil dan berimbang.
Hal ini tidak hanya bertujuan untuk mempertahankan hubungan dagang yang telah berlangsung, tapi juga memperluas potensi penguatan perdagangan melalui penguatan diplomasi dagang yang aktif.
Ketiga, IBC meminta pemerintah untuk mengambil langkah negosiasi multilateral bersama negara-negara ASEAN untuk mendorong tatanan perdagangan internasional yang lebih adil dan setara.
ASEAN merupakan mitra dagang yang sangat besar dan penting, sehingga baik AS maupun ASEAN akan sama-sama diuntungkan melalui upaya negosiasi daan diplomasi dagang ketimbang penerapan kebijakan yang sepihak.
Keempat, IBC mendorong perluasan perjanjian kerjasama perdagangan bilateral dan multilateral serta mempercepat penyelesaian perundingan dagang (FTA) yang saat ini sedang berlangsung.
Menurut IBC, perjanjian kerjasama dengan negara-negara dan kawasan-kawasan akan memperluas akses pasar baru untuk Indonesia.
Tantangan menjadi Peluang
Seperti diketahui, Presiden Amerika Serikat Donald Trump pekan ini mengumumkan daftar negara yang dikenai tarif resiprokal untuk produk-produk yang diekspor ke AS.
Indonesia termasuk dalam daftar tersebut dengan nilai tarif dikenakan sebesar 32 persen. Tarif baru ini memberi tekanan besar pada daya saing ekspor nasional, khususnya ke pasar Amerika yang menyumbang USD 38,7 miliar ekspor Indonesia di 2024.
Ketua Dewan Pengawas IBC Arsjad Rasjid menyatakan momen ini harus dimanfaatkan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai destinasi investasi dan mitra dagang strategis di tengah pergeseran rantai pasok global.
Artikel Terkait
TikTok Resmi Hilang di AS, Trump Janjikan Solusi 90 Hari ke Depan