MEDIA24.ID, NEW YORK – Sejarah baru tercipta dalam politik global. Inggris, Kanada, dan Australia secara resmi mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Keputusan bersejarah ini diumumkan berurutan pada Minggu (21/9/2025) di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York, menandai perubahan signifikan dalam peta diplomasi internasional di tengah konflik Israel-Palestina yang terus berkecamuk.
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menegaskan pengakuan negaranya sebagai langkah untuk menjaga harapan perdamaian tetap hidup. “Harapan akan solusi dua negara semakin memudar, tetapi kita tidak boleh membiarkan cahaya itu padam. Hari ini, untuk menghidupkan kembali harapan itu, saya nyatakan dengan jelas bahwa Inggris secara resmi mengakui Negara Palestina,” kata Starmer, dikutip The Guardian.
Starmer menekankan bahwa keputusan ini bukan bentuk hukuman bagi Israel, melainkan dorongan serius untuk mencapai penyelesaian jangka panjang yang adil. “Itu berarti Israel yang aman dan terlindungi, berdampingan dengan negara Palestina yang layak. Saat ini kita tidak memiliki keduanya,” ucapnya.
Ia menambahkan, Inggris mendorong pemerintahan Palestina yang direformasi, bebas dari pengaruh Hamas, agar dapat berdampingan dengan Israel dalam kerangka perdamaian yang berkelanjutan.
Langkah Inggris ini memiliki bobot simbolis yang sangat besar, mengingat negara tersebut pernah menjadi pihak yang berperan langsung di kawasan melalui mandat Palestina hingga 1948. Kini, lebih dari tujuh dekade setelah berdirinya Israel, Inggris mengambil sikap yang dianggap berani di tengah tekanan global untuk menghentikan kekerasan di Gaza.
Tak hanya Inggris, Australia juga mengambil langkah serupa. Perdana Menteri Anthony Albanese bersama Menteri Luar Negeri Penny Wong mengumumkan pengakuan resmi atas Palestina. “Dengan demikian, Australia mengakui aspirasi sah dan lama rakyat Palestina untuk memiliki negara sendiri,” tulis mereka dalam pernyataan bersama.
Baca Juga: Timnas Israel Bila Lolos Piala Dunia 2026, Pemerintah Spanyol Ancam akan Boikot
Mereka menegaskan, pengakuan itu merupakan bagian dari upaya internasional yang lebih luas. “Pengakuan Australia atas Palestina merupakan bagian dari momentum baru bagi solusi dua negara, dimulai dengan gencatan senjata di Gaza dan pembebasan para sandera yang ditahan sejak serangan 7 Oktober 2023,” jelas Wong.
Australia selama ini dikenal sebagai sekutu dekat Amerika Serikat dan Israel. Karena itu, langkah Canberra dianggap sebagai sinyal penting bahwa dukungan global bagi Palestina semakin menguat, terutama setelah korban sipil di Gaza terus meningkat akibat operasi militer Israel.
Sementara itu, Kanada juga bergabung dengan gelombang pengakuan. Perdana Menteri Mark Carney menyampaikan keputusan resmi negaranya melalui pernyataan publik dan unggahan di X (dulu Twitter). “Kanada mengakui Negara Palestina dan menawarkan kemitraan kami dalam membangun janji masa depan yang damai bagi Negara Palestina dan Negara Israel,” ujar Carney.
Carney menegaskan, pengakuan ini bukan untuk memusuhi Israel, melainkan untuk memperkuat pihak-pihak yang berkomitmen pada perdamaian. “Otoritas Palestina telah meninggalkan kekerasan, mengakui Israel, dan berkomitmen pada solusi dua negara. Kami mengakui Palestina untuk memberdayakan mereka yang menginginkan koeksistensi damai dan meminggirkan Hamas,” tegas seorang pejabat senior Kanada.
Keputusan Kanada bukan tanpa tantangan. Israel sebelumnya mengecam keras rencana Ottawa mengakui Palestina, menyebutnya sebagai “hadiah untuk Hamas.” Namun, Carney menepis anggapan itu. “Upaya komunikasi tulus kami adalah untuk menjelaskan bahwa langkah ini bukanlah konfrontasi dengan Israel. Kami melakukan ini untuk membuka jalan perdamaian, bukan menutupnya,” katanya.
Kini, dengan tiga negara Barat besar—Inggris, Kanada, dan Australia—resmi mengakui Palestina, jumlah pengakuan internasional terhadap negara tersebut diperkirakan akan menembus 150 negara pada akhir pekan depan. Hal ini memberikan momentum baru bagi diplomasi internasional di PBB, terutama dalam mendorong solusi dua negara yang selama bertahun-tahun mandek.