MEDIA24.ID, JAKARTA - Di tengah percepatan transformasi digital global, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah menjelma menjadi kekuatan baru yang mengubah cara manusia bekerja.
Di Indonesia, peran AI tidak lagi sekadar alat bantu teknis, melainkan telah menjadi “mitra kerja” yang mendorong produktivitas, efisiensi, dan kreativitas di berbagai sektor industri.
Presiden Direktur HP Indonesia, Juliana Cen, menegaskan bahwa AI kini berfungsi sebagai energi utama yang mempercepat kinerja manusia, bukan pengganti manusia itu sendiri.
Baca Juga: Kemendikdasmen Resmikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Al-Azhar Kairo
Dalam forum OneHP Day 2025 – Driving the Future of Work Together: One Nation. One Future. One HP, di Jakarta, Selasa (28/10/2025), Juliana menilai bahwa teknologi ini telah membuka babak baru kolaborasi antara manusia dan mesin.
“Teknologi bukan lagi sekadar alat bantu, tapi sudah menjadi energi penting dalam dunia kerja. Dengan AI, kita bisa bekerja lebih cepat, efisien, dan akurat,” ujarnya di hadapan ratusan peserta forum yang terdiri dari pelaku industri, akademisi, dan profesional teknologi.
AI dan Realitas Dunia Kerja Modern
Menurut Juliana, adopsi AI di dunia kerja kini terjadi hampir di setiap lini. Banyak karyawan yang menggunakan fitur AI tanpa disadari, mulai dari menulis email, membuat laporan, hingga menganalisis data. “Bentuknya sederhana, tapi dampaknya luar biasa terhadap produktivitas dan kualitas kerja,” jelasnya.
Salah satu contoh konkret adalah pemanfaatan AI agents dalam divisi sumber daya manusia (SDM). Teknologi ini mampu menyaring ratusan lamaran kerja hanya dalam hitungan detik berdasarkan kriteria yang ditetapkan perusahaan. “AI bukan hanya membantu, tapi juga mengambil keputusan sederhana agar manusia bisa fokus pada hal yang lebih strategis,” tambahnya.
Namun, Juliana mengingatkan bahwa percepatan adopsi AI perlu diimbangi dengan kesiapan sumber daya manusia. “Kekhawatiran akan hilangnya pekerjaan akibat otomatisasi bisa dijawab dengan reskilling dan upskilling. Justru dengan AI, lapangan kerja baru akan terbuka di bidang keamanan siber, analisis data, hingga pengembangan sistem digital,” tegasnya.
HP Indonesia mencatat, kebutuhan tenaga ahli digital di Indonesia diperkirakan mencapai 1,5 juta orang dalam beberapa tahun ke depan. Kondisi ini menjadi peluang besar bagi generasi muda untuk memperdalam kompetensi di bidang teknologi informasi dan inovasi digital.
Meski peluangnya besar, penerapan AI juga menghadirkan tantangan baru, terutama di bidang keamanan data. Juliana mengungkapkan bahwa berdasarkan survei internal, hanya sekitar 11 persen perusahaan di Indonesia yang memiliki kesiapan penuh dalam menghadapi risiko keamanan siber akibat penggunaan AI.
“Kita sering baru sadar pentingnya keamanan setelah terjadi insiden. Padahal, langkah pencegahan harus dilakukan sejak awal,” tegasnya. HP sendiri terus mendorong ekosistem bisnis yang menempatkan keamanan data sebagai fondasi utama transformasi digital.
Dalam forum yang sama, Prof. Hammam Riza, Presiden Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA), menegaskan bahwa AI merupakan pilar penting dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.