MEDIA24.ID, AUTO TEKNO - Di era digital yang serba cepat, arus informasi tentang sains sering kali tertinggal dari derasnya misinformasi. Fakta bercampur dengan opini, membuat masyarakat sulit membedakan antara bukti ilmiah dan sekadar klaim di media sosial.
Dalam konteks ini, sains tak lagi hanya bicara soal laboratorium dan penelitian, melainkan juga tentang komunikasi dan pemahaman publik.
Pesan inilah yang disampaikan Tomoko Iida, Direktur Scientific Engagement Philip Morris International (PMI), dalam forum Technovation 2025.
Dengan gaya penyampaian yang interaktif dan edukatif, Tomoko mengajak peserta untuk memahami kembali konsep tobacco harm reduction atau pengurangan bahaya tembakau, sebuah pendekatan ilmiah yang diyakini mampu memberi dampak positif bagi kesehatan masyarakat.
“Sekarang, mari kita pikirkan mengapa kita semua ada di sini hari ini. Karena kita tahu bahwa pengurangan bahaya tembakau adalah pendekatan penting yang bisa memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat,” ujar Tomoko membuka sesi.
Tomoko menjelaskan bahwa pengurangan bahaya bukan berarti melarang atau menghapus perilaku tertentu, melainkan menggantinya dengan kebiasaan yang memiliki risiko lebih rendah.
Baca Juga: Kemenag Tegaskan Komitmen Peningkatan Kesejahteraan Guru Agama di Seluruh Indonesia
“Contohnya sabuk pengaman di mobil. Kamu tetap menyetir mobil, tapi risiko cedera berkurang jika terjadi kecelakaan. Begitu juga dengan tabir surya, kamu tetap bisa menikmati sinar matahari tanpa meningkatkan risiko kanker kulit,” jelasnya.
Menurutnya, prinsip yang sama bisa diterapkan pada kebiasaan merokok. Daripada sekadar melarang, PMI berupaya menghadirkan produk bebas asap sebagai alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa.
Perempuan yang pernah berkarier di MIT’s Biotechnology Process Engineering Center itu menegaskan bahwa inovasi produk bebas asap** merupakan langkah penting menuju masa depan yang lebih sehat.
“Masalahnya bukan pada daun tembakau itu sendiri. Zat berbahaya muncul ketika tembakau dibakar, dan proses pembakaran inilah penyebab utama penyakit akibat merokok,” tegas Tomoko.
Ia juga menyoroti salah satu kesalahpahaman terbesar di dunia, yaitu anggapan bahwa nikotin adalah penyebab kanker. Tomoko menjelaskan bahwa nikotin memang bersifat adiktif, tetapi **bukan penyebab utama penyakit akibat rokok.
Artikel Terkait
Atap Satu Ruang Asrama Ambruk, Kemenag Berduka dan Beri Bantuan Pesantren Syekh Abdul Qodir
BPIH 2026 Resmi Turun Rp2 Juta, Jemaah Bayar Rata-Rata Rp54 Juta: BPKH Pastikan Dana Nilai Manfaat Aman