MEDIA24.ID, BOGOR – Suasana ceria tampak di halaman PAUD Paramitha (Nava Dhammasekha), Desa Tajurhalang, Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/10/2025). Puluhan siswa berseragam putih ungu tertawa gembira ketika menerima bingkisan dari Dirjen Bimas Buddha, Supriyadi, yang datang langsung untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-20 Ditjen Bimas Buddha bersama mereka.
Bukan sekedar perayaan ulang tahun, kunjungan ini menjadi simbol dari semangat baru Ditjen Bimas Buddha untuk mendekatkan diri kepada umat, terutama melalui lembaga pendidikan. “Kami tidak ingin hanya merayakan di kantor. Hari ini kami turun langsung, merasakan denyut kehidupan sekolah keagamaan kita,” kata Supriyadi di hadapan para guru, penyuluh, dan siswa yang hadir.
Supriyadi menegaskan, pendidikan Dhammasekha—yakni pendidikan formal berbasis ajaran Buddha—bukan hanya mengajarkan doktrin keagamaan, melainkan juga menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, kemaslahatan, dan toleransi sejak usia dini.
“Kita sering bicara soal moderasi beragama, tapi lupa bahwa moderasi itu bermula dari kemanusiaan dan kemaslahatan,” ujarnya. “Oleh karena itu, kami ingin anak-anak sejak PAUD sudah dikenalkan pada kata cinta, pada nilai kemanusiaan dan toleransi.” menambahkan.
Menurut Supriyadi, kurikulum cinta yang diterapkan di Nava Dhammasekha dirancang agar siswa tidak hanya memahami ajaran moral, tetapi juga mampu berempati, menghargai perbedaan, dan hidup berdampingan secara harmonis.
"Sekolah agama Buddha ini tidak semata-mata mengajarkan ritual keagamaan, tetapi menanamkan nilai-nilai universal. Tematiknya tidak mengikat pada satu agama, melainkan mengajarkan kasih sayang dan kepedulian. Inilah wajah moderasi beragama sejak dini," jelasnya.
Baca Juga: Wamenhaj dan Wamenag Sepakat Percepat Transisi Kelembagaan dan Aset Penyelenggaraan Haji
Selain di Tajurhalang, perayaan serupa juga diadakan di Nava Dhammasekkha Dhamma Sobhana Citta, Kampung Simpak, Desa Jagabaya, Kecamatan Parung Panjang Kabupaten Bogor. Kegiatan berbagi perlengkapan sekolah sebagai bentuk dukungan terhadap pendidikan anak usia dini yang dirancang bukan sekedar seremonial, melainkan bentuk nyata kehadiran negara di tengah umat.
“Kemarin kami juga meluncurkan Program Prisma Umat di Tangerang. Intinya sama, kami ingin hadir, mendengarkan umat, dan membantu mereka tumbuh bersama,” terang Supriyadi. “Tugas kami menurunkan kebijakan pemerintah menjadi aksi nyata, termasuk dalam pendidikan anak usia dini.”
Hingga kini, terdapat 53 satuan pendidikan Dhammasekha yang berada di bawah naungan Ditjen Bimas Buddha di seluruh Indonesia. Dhammasekha telah terdaftar dalam sistem EMIS (Education Management Information System) dan memiliki NPSN.
Satuan pendidikan keagaamaan Buddha tersebut juga telah terakteditasi dan sebagian tengah menjalani proses akreditasi oleh BAN-BPDM (Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah) untuk memastikan mutu pendidikan terjamin.
“Sekolah-sekolah ini wajib kita rawat. Kalau siswanya tidak terkelola dengan baik, tidak diberi perhatian, sekolahnya akan kehilangan semangatnya. Kita mulai dari menumbuhkan siapa pun yang terlibat di dalamnya—guru, orang tua, penyuluh, dan siswa,” terangnya.
Ia menambahkan, keinginan lembaga pendidikan agama sangat ditentukan oleh perhatian terhadap siswa sebagai pusat pertumbuhan. Sama halnya dengan rumah ibadah, sekolah pun akan hidup jika masyarakatnya diperhatikan dan dimajukan.