MEDIA24.ID, TANGERANG - Program Prisma Umat yang digagas oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Buddha, Kemeterian Agama (Kemenag) mulai terlihat hasilnya. Dari program rintisan di Desa Kedaung Baru, Neglasari, Tangerang, Banten ini terbukti umat terpacu untuk lebih berdaya, termasuk dalam hal ekonomi keluarga.
"Program Prisma Umat ini telah berjalan selama 21 hari dengan inti utama yaitu mengubah karakter, mengubah perilaku sebagai pondasi awal. Pondasi untuk menjadi orang yang tahu tentang hidup bersih, hidup sehat. kata Dirjen Bimas Buddha Supriyadi.
"Nah, diawali dari keluarga ini lah, maka kita perlu menata kerapian dan kesehatan. Selanjutnya dari situ kita akan dorong kita petakan potensi ekonominya apa untuk pemberdayaannya,” lanjutnya saat menutup Program Prisma Umat di Vihara Puspa Sari Maitreya di Desa Kedaung Baru, Neglasari, Tangerang, Kamis (6/11/2025).
Dirjen menjelaskan, Prisma Umat adalah akronim dari produktif, integrasi, sinergi, mandiri, dan akuntabel. Program Prisma Umat merupakan satu bagian dari rencana program untuk pendayagunaan dana keagamaan. Selama ini dalam agama Buddha ini ada Lembaga Dana Paramita dan baru dinaungi dengan keputusan Dirjen.
"Hari ini kita evaluasi, kita akan melakukan perbaikan tata kelolanya. Kalau kita perbaiki tata kelola ini, maka akan beriringan dengan kebijakan pemerintah bahwa dana keagamaan ini dapat dioptimalkan untuk mendukung program pencapaian pemerintah khususnya dalam hal pengentasan kemiskinan,” katanya.
Menurutnya, Program Prisma Umat juga menjadi penerjemahan dari arahan Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Agama Nasaruddin Umar yang sekarang concern dengan pemberdayaan.
Baca Juga: Dua Dekade Mengabdi, Ditjen Bimas Buddha Maksimalkan Layanan Keagamaan dan Pendidikan Umat
Dalam program Prisma Umat ini, ada beberapa fokus yang akan terus dikembangkan di antaranya adalah eco-enzim untuk berbagai produk, salah satunya adalah sabun dan kerajinan.
“Nah, dari sini kalau dua pondasi kita kuatkan dan kita dorong dengan kemandirian ekonominya, maka tentu umat mandiri akan dapat diwujudkan. Maka saya berharap program Prisma Umat ini berfokus di rumah ibadah agar nanti rumah ibadah melihat dan mengelola umatnya itu sendiri," kata Supriyadi.
"Saya pikir ini semua kita akan lakukan dengan tagline Rumah Ibadah Berdaya dan Berdampak dengan memanfaatkan dana filantropi khususnya dana sosial keagamaan,” tambahnya.
Terkait keberlanjutan ke depan, pihaknya akan melibatkan para penyuluh agama Buddha. Menurutnya, penyuluh adalah menjadi garda terdepan untuk menguatkan umat.
“Penyuluh punya tugas untuk membina setidaknya 4 kelompok binaan. Dalam tatanan proses ini tidak lagi hanya dalam tataran rumah ibadah, tapi mereka masuk dalam kelompok binaan. Nah, mereka ini lah kelompok-kelompok yang wajib kita tingkatkan," paparnya.