Dewan Pakar PSQ: Al-Qur’an Ajarkan Keseimbangan Hidup dengan Alam

Photo Author
- Minggu, 19 Oktober 2025 | 10:23 WIB
Dewan Pakar PSQ, Muchlis M. Hanafi dalam Seminar Syiar Qur’an dan Hadis: Merawat Kerukunan, Melestarikan Lingkungan yang digelar di sela kegiatan STQH Nasional ke-28 di Kendari, Jumat (17/10/2025). (Foto/Dok/Humas Kemenag)
Dewan Pakar PSQ, Muchlis M. Hanafi dalam Seminar Syiar Qur’an dan Hadis: Merawat Kerukunan, Melestarikan Lingkungan yang digelar di sela kegiatan STQH Nasional ke-28 di Kendari, Jumat (17/10/2025). (Foto/Dok/Humas Kemenag)

MEDIA24.ID, KENDARI - Dewan Pakar Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ), Muchlis M. Hanafi, mengungkapkan, ajaran Al-Qur’an tidak hanya menyerukan manusia untuk hidup rukun dengan sesama, tetapi juga mengajarkan keseimbangan hidup dengan alam.

Hal itu disampaikannya dalam Seminar Syiar Qur’an dan Hadis: Merawat Kerukunan, Melestarikan Lingkungan yang digelar di sela kegiatan Seleksi Tilawatil Qur'an dan Hadits (STQH) ke-28 di Kendari, Jumat (17/10/2025).

Menurut Muchlis, keberagaman suku, bahasa, dan agama di Indonesia merupakan cerminan nyata dari ayat-ayat kauniyyah, yaitu tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta.

Baca Juga: Bangun Generasi Muda Religius, Ratusan Siswa di Bogor Selatan Antusias Ikuti Peringatan Maulid Nabi

“Indonesia adalah cermin yang jernih dari ayat-ayat kauniyyah itu. Keberagaman seharusnya menjadi modal membangun peradaban damai, bukan sumber perpecahan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, Al-Qur’an mengarahkan manusia untuk memahami perbedaan sebagai bagian dari kehendak Ilahi. Mengutip QS. al-?ujurat ayat 13, Muchlis menekankan pentingnya nilai ta‘aruf atau saling mengenal antarbangsa dan antarsuku.

“Tanpa saling mengenal, tumbuh prasangka; dan tanpa toleransi, keragaman mudah berubah menjadi konflik,” tuturnya.

Baca Juga: Tampil di Depan 1.500 Siswa Kendari, Habib Ja’far dan Alissa Wahid Jelaskan Makna Tepuk Sakinah

Muchlis menyebut, toleransi dalam Islam bukan sekadar bentuk sopan santun sosial, melainkan kebutuhan hidup sekaligus kewajiban agama. Ia mengutip QS. al-Ma’idah ayat 48 yang menunjukkan bahwa Allah menciptakan perbedaan agar manusia berlomba dalam kebajikan.

“Perbedaan bukanlah kegagalan sosial, melainkan ujian untuk mengukur sejauh mana kita mampu berlaku adil dan berbuat baik,” katanya.

Dalam paparannya, Muchlis mencontohkan keteladanan Rasulullah Saw. sebagai figur yang menanamkan nilai toleransi dengan kasih dan kebijaksanaan.

Ia menyinggung peristiwa ketika nabi menenangkan seorang Badui yang berbuat kesalahan di masjid, serta sikap beliau yang memberi ampunan kepada musuh-musuhnya saat penaklukan Makkah.

“Toleransi Nabi bukan kelemahan; ia adalah strategi peradaban,” ucapnya.

Lebih lanjut, Muchlis menjelaskan bahwa toleransi dalam Islam berakar pada dua prinsip utama, yakni keadilan dan kasih. Hal ini tercermin dalam kebijakan Rasulullah di Madinah melalui Piagam Madinah yang menjamin hak dan kebebasan komunitas Yahudi serta memberikan perlindungan kepada umat Kristen Najran.

Halaman:

Editor: Moh Purwadi

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X