Transformasi Pesantren, Ulama Tekankan Rekognisi Alumni, Etika Teknologi, dan Penguatan Ruang Publik Santri

Photo Author
- Kamis, 27 November 2025 | 07:16 WIB
Wamenag H. Romo Muhammas Syafi'i saat Halaqah Pesantren Penguatan Kelembagaan Pendirian Direktorat Jenderal Pesantren di UIN Walisongo Semarang, Rabu (26/11/2025). (Foto/Dok/Humas Kemenag)
Wamenag H. Romo Muhammas Syafi'i saat Halaqah Pesantren Penguatan Kelembagaan Pendirian Direktorat Jenderal Pesantren di UIN Walisongo Semarang, Rabu (26/11/2025). (Foto/Dok/Humas Kemenag)

MEDIA24.ID, SEMARANG — Transformasi besar dunia pesantren kembali mendapat penegasan dari para tokoh penting dalam ekosistem pesantren.

Wakil Menteri Agama RI bersama KH. A. Fadhullah Turmudzi dan KH. Ubaidillah Shodaqoh menyampaikan arahan strategis mengenai masa depan pesantren, meliputi rekognisi alumni, penguatan kapasitas keilmuan, serta etika penggunaan teknologi dalam belajar.

Ketiga tokoh tersebut sepakat bahwa era baru pesantren menuntut penguatan tradisi, moral, dan kapasitas akademik, sekaligus kemampuan santri mengisi ruang digital dan ruang publik secara cerdas.

Baca Juga: Wamendikdasmen Bertemu Rektor Al Azhar, Perkuat Komitmen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Hal ini disampaikan saat Halaqah Pesantren Penguatan Kelembagaan Pendirian Direktorat Jenderal Pesantren di UIN Walisongo Semarang pada Rabu (26/11/2025).

Wakil Menteri Agama RI, H. Romo Muhammas Syafi'i kembali menegaskan bahwa berdirinya Direktorat Jenderal Pesantren merupakan momentum strategis yang harus dimanfaatkan untuk memperluas peran pesantren di tengah dinamika global saat ini.

Menurutnya, pesantren memiliki modal tradisi intelektual yang kuat, tinggal didorong agar santri mampu tampil di berbagai sektor kehidupan modern.

“Pesantren adalah peradaban. Dengan Ditjen Pesantren, kita ingin melahirkan generasi yang menguasai agama sekaligus memimpin teknologi. Tradisi keilmuan harus berjalan seiring dengan inovasi,” ujar Wamenag.

Wamenag juga menekankan bahwa santri dan alumni pesantren harus menjadi bagian dari pembentukan opini publik, riset, dan pengambilan keputusan di berbagai bidang.

Negara, kata Wamenag, memiliki kewajiban membuka ruang yang lebih besar agar alumni pesantren mengisi sektor-sektor strategis yang relevan dengan kapasitas keilmuannya.

Ketua Rabitah Ma'ahid Islami PWNU Jawa Tengah, KH. A. Fadhullah Turmudzi pentingnya rekognisi dan pengakuan terhadap alumni pesantren, terutama lulusan Ma’had Aly yang selama ini memiliki kapasitas keilmuan tinggi namun belum terserap optimal di ruang publik.

“Rekognisi terhadap alumni pesantren harus menjadi perhatian lebih. Selama ini belum maksimal. Alumni Ma’had Aly harus mengisi ruang publik sesuai kapasitas keilmuan. Kemenag harus memberi ruang dan fasilitas bagi mereka,” tegasnya.

Menurutnya, alumni pesantren tidak hanya siap berdakwah, tetapi juga berperan sebagai analis kebijakan, peneliti, konsultan syariah, pendidik publik, hingga fasilitator moderasi beragama. Karena itu, ia meminta Kemenag mendorong sistem penyetaraan, akses kerja, dan ruang aktualisasi yang lebih luas.

Dalam sesi berikutnya, KH. Ubaidillah Shodaqah selaku Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah memberikan pandangan mendalam mengenai efek teknologi terhadap pembelajaran pesantren. Ia menegaskan bahwa kemudahan akses informasi harus disertai kedalaman adab dan kontrol moral.

Halaman:

Editor: Moh Purwadi

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X