MEDIA24.ID, RELIGI - Di tengah kehidupan modern yang penuh tekanan, banyak orang mencari cara untuk menenangkan pikiran dan hati.
Rutinitas yang padat, tuntutan sosial, serta paparan informasi digital yang berlebihan sering kali membuat stres semakin menumpuk.
Namun, di sinilah puasa Ramadan hadir sebagai terapi jiwa yang luar biasa. Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga latihan spiritual untuk mengendalikan diri, memperkuat kesabaran, serta menemukan ketenangan dalam kesederhanaan.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 183:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Baca Juga: Sidang Praperadilan Hasto Kristiyanto Ditunda, Hakim Kabulkan Penundaan Selama Sepekan
Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama puasa adalah meningkatkan ketakwaan, yang tidak hanya berarti kepatuhan dalam ibadah, tetapi juga kesadaran untuk menjaga hati, pikiran, dan tindakan agar tetap dalam kebaikan.
Ketika seseorang berpuasa, ia belajar menahan amarah, menjaga perkataan, dan lebih sabar dalam menghadapi tantangan hidup. Rasulullah SAW bersabda:
"Puasa adalah perisai, maka janganlah berkata kotor dan jangan berbuat bodoh. Jika seseorang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, hendaknya ia berkata: Sesungguhnya aku sedang berpuasa." (HR. Bukhari & Muslim)
Baca Juga: Fiersa Besari Buka Suara soal Tragedi Pendakian Puncak Jaya: Kami Syok dan Berduka
Puasa mengajarkan bahwa kesabaran bukan hanya dalam menahan lapar dan haus, tetapi juga dalam menghadapi situasi sulit. Ini menjadi latihan mental yang memperkuat jiwa agar tetap tenang dalam berbagai keadaan.
Di era digital saat ini, banyak orang mengalami kecemasan akibat paparan informasi yang berlebihan. Media sosial, berita, dan hiburan digital sering kali menyita perhatian, membuat pikiran sulit fokus, dan hati menjadi gelisah.
Ramadan menjadi kesempatan untuk melakukan detoksifikasi digital, dengan mengurangi waktu di dunia maya dan menggantinya dengan aktivitas yang lebih bermakna, seperti berzikir, membaca Al-Qur’an, atau berkumpul dengan keluarga.
Saat tubuh lebih ringan karena puasa, pikiran menjadi lebih jernih dan hati lebih terbuka untuk mendekatkan diri kepada Allah. Inilah mengapa banyak orang merasa lebih khusyuk dalam ibadah, lebih tenang dalam menjalani hari, dan lebih sabar dalam menghadapi tantangan selama Ramadan.
Artikel Terkait
Daftar Negara dengan Durasi Puasa Ramadan Tersingkat, Indonesia Termasuk?
Fiersa Besari Buka Suara soal Tragedi Pendakian Puncak Jaya: Kami Syok dan Berduka
Sidang Praperadilan Hasto Kristiyanto Ditunda, Hakim Kabulkan Penundaan Selama Sepekan