Menuju Indonesia Emas 2045, MBG Dinilai Harus Berkelanjutan

Photo Author
- Rabu, 17 Desember 2025 | 21:59 WIB
Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menegaskan bahwa MBG harus dilihat dalam konteks pembangunan nasional (ISESS)
Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menegaskan bahwa MBG harus dilihat dalam konteks pembangunan nasional (ISESS)

MEDIA24.ID, JAKARTA - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dinilai bukan sekadar kebijakan pemenuhan kebutuhan pangan, melainkan bentuk intervensi strategis negara untuk memperkuat fondasi kualitas sumber daya manusia (SDM), ketahanan pangan, hingga stabilitas nasional dalam jangka panjang.

Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menegaskan bahwa MBG harus dilihat dalam konteks pembangunan nasional yang lebih luas.

“Dalam konteks nasional, salah satunya ketahanan pangan, karena negara butuh fondasi warga yang tidak rapuh. Syarat utama untuk menguatkan fondasi ini adalah gizi. Gizi adalah hal utama yang paling awal, paling dasar dari produktivitas, kecerdasan, dan stabilitas sosial,” ujarnya dalam perbincangan di podcast Youtube Menyala Media.

Baca Juga: KPPU Rilis Edisi Ketiga Buku Teks Hukum Persaingan Usaha, Peletakan Fondasi Baru Bagi Penegakan Hukum

Ia menilai bahwa upaya mewujudkan Generasi Emas Indonesia 2045 tidak bisa dilakukan secara instan, melainkan membutuhkan investasi sosial yang konsisten sejak hari ini.

“Ini perlu kita siapkan jauh-jauh hari. Sampai produktif, hingga mereka siap digunakan. Ini MBG bukan program jalan 5 tahun habis itu selesai, namun ini program yang semestinya dijalankan berkelanjutan karena akan terasa manfaatnya dalam jangka panjang,” tuturnya.

Menurut Khairul, MBG merupakan bentuk kebijakan preventif negara untuk menghindari biaya sosial, ekonomi, dan keamanan yang jauh lebih besar di masa depan.

“Kita membayar untuk pencegahan, supaya kita tidak membayar mahal untuk masalah di masa depan,” ujarnya.

Baca Juga: Realme Tutup Roadshow C85 Series, Gelar Program CSR Penyaluran 1.000 Paket Ganti Oli Gratis untuk Ojek Online

Ia menekankan bahwa ketahanan negara tidak hanya diukur dari kekuatan militer, tetapi juga dari kondisi rakyatnya. Negara harus memastikan warganya hidup layak, sehat, dan sejahtera.

“Tidak berada dalam kerentanan secara fisik maupun sosial. Itu yang dibangun,” ujarnya.

Dalam perspektif pertahanan modern, Khairul menjelaskan bahwa ancaman terhadap negara semakin kompleks dan tidak selalu berbentuk agresi militer.

“Namun banyak negara runtuh karena krisis pangan, gizi, dan sebagainya. Ketika logistinya tidak siap, negara rentan, dan segala hal buruk bisa terjadi. Untuk itu MBG bisa dilihat sebagai rekayasa ketahanan pangan tadi,” tuturnya.

Baca Juga: Kepala BPJPH: Kehalalan Produk Dibuktikan dengan Sertifikat Halal, Bukan Klaim atau Atribut Keagamaan

Selain memperkuat ketahanan nasional, MBG juga dinilai mampu menciptakan permintaan strategis yang menopang ekosistem ekonomi domestik.

Halaman:

Editor: Gunawan Daulay

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X