Menganalogikan manusia dengan tikus sebenarnya bukanlah hal yang bagus. Apalagi tikus biasanya dipakai untuk menggambarkan koruptor. Hanya saja, kehidupan memang kadang tidak adil.
Rasa ketidakadilan banyak dirasakan oleh masyarakat miskin. Mereka yang berjuang untuk keluar dari perangkap kemiskinan, namun terjebak di kemiskinan terstruktur yang sulit diputus.
Mereka seperti tikus dalam perangkap yang berusaha keluar, tetapi terus terjebak dalam lingkaran yang sama karena berbagai hambatan struktural (mice trap)
Mereka tidak hanya menghadapi keterbatasan ekonomi, tetapi juga hambatan seperti pendidikan rendah, akses kesehatan yang buruk, dan keterbatasan lapangan kerja.
Pendidikan rendah → pekerjaan terbatas → pendapatan rendah, Pendapatan rendah → akses kesehatan buruk → tidak produktif, Tidak produktif → beban utang → tidak bisa menabung → pendidikan rendah.
Tanpa intervensi yang efektif dan tepat, masyarakat miskin tetap berada dalam siklus ini tanpa peluang nyata untuk naik kelas sosial.
Butuh Intervensi yang Tepat
Dari berbagai pilihan strategi yang tersedia, saya percaya ketersediaan pendidikan berkualitas dan gratis menjadi intervensi paling efektif.
Mengapa? Karena pendidikan yang baik memungkinkan seseorang mendapatkan pekerjaan lebih layak, meningkatkan pendapatan, dan secara perlahan keluar dari jebakan tersebut.
Namun, pendidikan saja tidak cukup. Diperlukan kombinasi kebijakan lain, seperti peningkatan akses modal dan pelatihan usaha.
Untuk daerah tertinggal, pembangunan infrastruktur perlu dilakukan, seperti dengan membangun akses jalan, listrik, dan internet untuk membuka peluang ekonomi baru.
Perlu juga peningkatan upah minimum dan perlindungan pekerja agar kelas pekerja tidak terjebak dalam kemiskinan meskipun bekerja penuh waktu.
Berharap Program Makan Bergizi Gratis
Selain pendidikan gratis yang berkualitas, salah satu intervensi yang bisa memutus kemiskinan absolute adalah program berbasis target. Kebijakan harus berbasis data dengan target spesifik. Sebab setiap daerah memiliki penyebab kemiskinan yang berbeda, sehingga intervensi harus disesuaikan.
Bagaimana dengan Program Makan Bergizi Gratis?
Makan Gratis Bergizi bertujuan menyediakan makanan gratis bagi hampir 90 juta anak dan ibu hamil guna mengatasi malnutrisi dan stunting. Jika program ini bisa benar-benar melibatkan petani dan pemasok lokal, tentunya akan berdampak ganda bagi ekonomi masyarakat.
Artikel Terkait
Badan Gizi Nasional untuk MBG Dibentuk Era Jokowi, Prabowo: Targetkan Minimal 6 Juta Penerima Manfaat
Penerima Manfaat MBG Naik, Kepala BGN: Program MBG Habiskan Anggaran Rp28 Triliun Per Bulan di Tahun 2026