Kolom oleh Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta
PELUNCURAN Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara seharusnya menjadi momentum besar dalam sejarah ekonomi Indonesia.
Namun, langkah ini justru memicu lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, terutama terkait kredibilitas lembaga ini di mata investor.
Salah satu isu utama yang muncul adalah penempatan Menteri dan Wakil Menteri sebagai direksi Danantara, yang tidak hanya menimbulkan kekhawatiran tentang independensi lembaga ini tetapi juga menandakan lemahnya komitmen terhadap prinsip tata kelola yang baik.
Baca Juga: Danantara: Bisakah Atasi Konflik Kepentingan dan Minimnya Pengawasan
Sinyal Buruk bagi Investor
Keputusan untuk mengangkat Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani sebagai CEO, Wakil Menteri BUMN Dony Oskaria sebagai COO, dan Wakil Direktur Utama PT TBS Energi Utama Tbk Pandu Sjahrir sebagai CIO mencerminkan ketidaktegasan dalam membangun kepemimpinan yang benar-benar independen.
Rangkap jabatan ini mengirimkan sinyal buruk ke pasar bahwa Danantara bukanlah entitas yang memiliki struktur profesional yang kuat, tetapi lebih merupakan perpanjangan tangan dari birokrasi pemerintah.
Investor umumnya mencari jaminan bahwa sebuah sovereign wealth fund dikelola oleh para profesional yang memiliki fokus penuh pada pengelolaan aset dan strategi investasi jangka panjang.
Namun, dengan para direksi yang juga menjabat sebagai pejabat negara, muncul pertanyaan mengenai konflik kepentingan dan kurangnya dedikasi penuh terhadap pengelolaan Danantara.
Tidak adanya pemisahan yang jelas antara kebijakan pemerintah dan strategi investasi Danantara menciptakan ketidakpastian yang tidak diinginkan oleh investor.
Baca Juga: Apple dan Samsung Siap Gebrak Pasar Gadget: Smartphone Super Tipis Siap Meluncur di 2025
Narasi Besar Tanpa Komitmen Penuh
Pemerintah terus menggaungkan bahwa Danantara akan menjadi pilar penting dalam pengelolaan aset negara dan investasi strategis.
Namun, narasi besar ini bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan.
Jika benar Danantara merupakan proyek strategis jangka panjang, mengapa para direksinya tidak diminta untuk mendedikasikan diri sepenuhnya?
Artikel Terkait
Bangkit dari Polemik! Sukatani Kembali Tampil, Mental Sempat Terguncang
Sukatani Viral, Lirik Lagu Kontroversi Hingga Jejak Kritis Vokalis
Hujan Ringan hingga Lebat Diprediksi Mengguyur Wilayah Jabodetabek pada 25-26 Februari
Banyak Lansia Masih Kuat Secara Fisik, Menag Minta Saudi Tidak Batasi Usia Jemaah Haji Indonesia
Kasus Pagar Laut Tangerang, Kades Kohod dan Tiga Tersangka Lainnya Resmi Ditahan